Sabtu, 02 Oktober 2010

Artikel_MENUJU KOTA METROPOLIS

YULITA MAULIDA/21209675/2EB13

Tugas Tulisan (Artikel):
Menuju Kota Metropolis

Ketika sebuah kota gencar mendirikan pusat-pusat perbelanjaan atau mal, wajar jika sebagian kalangan terutama pemerhati sekaligus masyarakat kecil khawatir mereka takut ditinggalkan, bahkan takut terpinggirkan. Suara-suara kritis bermunculan. Wali kota tegal, Adi Winarso, diminta tidak hanya memerhatikan kalangan berduit. Tetapi, ia juga harus memperhatikan pengusaha kecil, baik pedagang pasar tradisional, kaki lima, maupun asongan.
Perjalanan Pemkot mewujudkan Tegal metropolis tidak mulus. Kritik bermunculan sehubungan dengan gencarnya sebuan pusat perbelanjaan dikota yang dikenal dengan Jepang-nya Indonesia itu. Sebagaian masyarakat menilai Pemkot tidak sensitif pada nasib rakyat kecil karena keberadaan mal hanya akan hanya membuat jurang pemisah kaya dan miskin semakin lebar.
Akan tetapi, hal tersebut dibantah kepala kantor dan informasi dan Humas Kota Tegal, Soemito. Ia menjelaskan, keberadaan 3 pusat perbelanjaan baru tersebut tidak bakal menggeser fungsi pasar tradisional. Pemkot tetap memandang pasar tradisional layak dipertahankan, bahkan diperbaiki bangunan fisiknya. Untuk itu, pemkot mengalokasikan dana Rp. 3 Miliar untuk merehabilitasi pasar tradisional di Tegal, separti Pasar Pagi, Kangon, Randu Gunting, Krandon, Debong dan Kimling.
Selain memperbaiki pasar tradisional, jelas Soemito, Pemkot juga mendorong tumbungnya kota Tegal di malam hari melalui kehadiran menjual makanan lesehan. Selain di alun-alun, kini pusat lesehan mulai bertebaran dipinggir-pinggir jalan protokol, seperti jalan Ahmad Yani dan Jalan Jendral Soedirman dan sekitarnya.
Pertumbuhan sektor informal ini tidak dilengkapi peraturan hukum yang jelas sehingga persoalan tersebut akan menjadi bom waktu ketika jumlah pelaku ekonomi di sektor tersebut berlebih. Penggusuran dan penggejaran pelaku ekonomi di sektor informal dengan alasan menyebabkan kota tidakmtertata bakal terjadi. Apabila melihat data kependudukan dan Tenaga Kerja Kota Tegal, jumlah penganguran hingga bulan Oktober 2002 mencapai 41.447 orang dari total penduduk 240.762 jiwa (data tahun 2001). Akibatnya, pembengkakan pelaku ekonomi di sektor informal bakal terjadi.

_EKONOMI KOPERASI (SOFTSKILL)_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar